Bersabarlah Ketika Menghadapi Ujian Allah S.W.T.



Setiap manusia pasti akan menghadapi berbagai kesulitan hidup bagaikan roller-coaster. Adakalanya kita berada megah di atas dan adakalanya kita berduka di bawah. Kedua-duanya sebenarnya merupakan ujian bagi kita sebagai hamba Allah di muka bumi ini agar dapat dikenal-pasti siapakah di antara kita yang paling berkualitas amalnya menelusuri cara kita menghadapi ujian-ujian tersebut. Firman Allah S.W.T.:

Dia lah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) – untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya; dan Dia Maha Kuasa (membalas amal kamu), lagi Maha Pengampun, (bagi orang-orang yang bertaubat) – al-Mulk (67) : 2

Ujian daripada Allah S.W.T ini meliputi seluruh hamba-Nya yang taat maupun yang durhaka. Malah ujian bagi hamba-hamba-Nya taat adalah lebih hebat berbanding dengan mereka yang ingkar.

Rasulullah s.a.w pernah di tanya:
Ya Rasulullah, siapakah yang paling keras mendapatkan ujian? Baginda menjawab: Para Nabi dan
pengikut-pengikutnya. Seseorang itu akan diuji sesuai dengan kadar agama, jika kadar beragamanya kuat maka ujiannya semakin keras. Jika kadar beragamanya lemah maka dia diuji sesuai dengan kadar agamanya. Seorang hamba akan senatiasa diuji sampai dia akan dibiarkan berjalan di muka bumi tanpa membawa dosa kesalahan. – Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi (no: 2322)


Justru itu segala ujian daripada Allah S.W.T ini haruslah kita tempuh dengan penuh kesabaran agar ia dapat mendekatkan kita kepada-Nya dan menerima segala limpah rahmat-Nya.

Firman Allah S.W.T.:
Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar: (yaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: (Innalillahi wa inna ilahirajiun) “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali.” Mereka itu ialah orang-orang yang dilimpahi dengan berbagai-bagai kebaikan daripada Tuhan mereka serta rahmat-Nya; dan mereka itulah orang-orang yang dapat petunjuk hidayah-Nya. – al-Baqarah (2) : 157

Apakah itu sabar?

Sabar adalah teguh dan tetap berada di atas landasan yang dikehendaki oleh agama apabila berhadapan atau menentang sesuatu pengaruh yang ditimbulkan oleh hawa nafsu baik ketika ingin mengerjakan perbuatan untuk mencari ketaatan Allah, melakukan perkara-perkara maksiat dan ketika ditimpa musibah. Manusia senantiasa berada di dalam situasi di mana pengaruh agama senantiasa berperang dengan hawa nafsu. Demi untuk menjamin hawa nafsu dapat dkendalikan maka sifat sabar itu perlu ada bagi setiap orang yang beriman. Hendaklah kita fahami bahwa ujian Allah dapat berupa dalam bentuk nikmat kebaikan dan juga musibah yang berbentuk kesusahan.

Firman-Nya:
Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai cobaan; dan kepada Kamilah kamu semua akan dikembalikan. - al-Anbiya’ (21) : 35


Dari ayat di atas dapat kita nyatakan bahwa ujian yang perlu di hadapi oleh manusia ini terdiri dari dua bentuk.

PERTAMA:
Perkara yang sesuai dengan hawa nafsu manusia seperti kekayaan, jabatan tinggi, terkenal dan mengecapi semua nikmat dunia yang lain. Manusia ketika ingin mencapai nikmat dunia, mereka perlu untuk berusaha dengan bersungguh-sungguh serta bersabar. Apabila nikmat tersebut telah dicapai maka ujian yang datang darinya juga begitu hebat maka kesabaran memainkan peranan yang penting demi menjamin bahwa nikmat dunia yang diperolehi itu dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Sebagai contoh, kekayaan yang kita perolehi adakalanya menyebabkan manusia lupa daratan, menjadi angkuh dan menjauhkannya dari perintah Allah S.W.T.. Oleh itu hendaklah hawa nafsu itu diperangi menerusi sifat sabar agar kekayaan bukan saja akan menjadikannya insan yang beriman malah dibelanjakan hartanya itu sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Allah S.W.T. mengingatkan kita melalui firman-Nya:

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu dilalaikan oleh (urusan) harta benda kamu dan anak-pinak kamu daripada mengingati Allah (dengan menjalankan perintah-Nya). Dan (ingatlah), sesiapa yang melakukan demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. – al-Munaafiquun (63) : 11


KEDUA:
Ujian dalam ketegori ini meliputi perkara-perkara yang tidak sesuai dengan kehendak hawa nafsu manusia. Ianya boleh terjadi disebabkan perbuatan atau usaha manusia itu sendiri ataupun ianya datang di luar kemampuan manusia seperti bencana yang tidak dapat dielakkan. Ujian yang tidak sesuai dengan hawa nafsu kita tetapi terjadi disebabkan perbuatan manusia sendiri terbagi kepada dua bentuk.

a) KETAATAN :
Manusia memerlukan kesabaran tatkala hendak melaksanakan amalan-amalan yang berbentuk ketaatan. Ini adalah karena ujian yang dihadapi oleh seseorang apabila hendak melaksanakan ibadah sekiranya tidak dihadapi dengan penuh kesabaran akan menyebabkan gagalnya perlaksanaan amalan tersebut. Sebagai contoh yang mudah apabila kita hendak melaksanakan solat tahajud atau subuh yang mana kita perlu menghadapi ujian malas untuk bangun awal dari tempat tidur kita. Sekiranya kita tidak sabar untuk menghadapi ujian tersebut maka akhirnya kita akan memilih kasur serta bantal yang empuk dari beribadah di atas sajadah.


Firman Allah S.W.T.:
“Tuhan yang mencipta dan mentadbirkan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya; oleh itu, sembahlah engkau akan Dia dan bersabarlah dengan tekun tetap dalam beribadat kepada-Nya; adakah engkau mengetahui sesiapapun yang senama dan sebanding dengan-Nya?” – Maryam (19) : 65

Segala amalan yang boleh membawa kita ke syurga dilingkari oleh perkara-perkara yang tidak disenangi oleh hawa nafsu yang perlu kita hadapi agar perlaksanaannya menjadi kenyataan.

Rasulullah s.a.w. bersabda:
Syurga itu dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai (oleh hawa nafsu), sedangkan neraka dikelilingi oleh syahwat. Hadis riwayat Imam Muslim (no: 2823)


b) KEMAKSIATAN:
Manusia juga memerlukan kesabaran yang tegar untuk menghindarkan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan maksiat baik dari segi perbuatan, perkataan dan keinginan hatinya. Maksiat itu walaupun mempunyai daya tarikan yang kuat namun ianya sebenarnya tidak sesuai dengan kehendak hawa nafsu manusia karena pada hakikatnya ia akan membawa keburukan kepada manusia. Kita ambil contoh melakukan seks bebas. Perbuatan tersebut memang dapat memuaskan nafsu syahwat manusia, namun ia sebenarnya memusnahkan sistem kekeluargaan manusia, menyebarkan penyakit berjangkit serta membawa gejala sosial yang menghancurkan generasi masa depan. Lantaran itu Allah S.W.T. melarang perbuatan maksiat.

Firman-Nya:
Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, dan berbuat kebaikan, serta memberi bantuan kepada kaum kerabat; dan melarang daripada melakukan perbuatan-perbuatan yang keji dan mungkar serta kezaliman. Dia mengajar kamu (dengan suruhan dan larangan-Nya ini), supaya kamu mengambil peringatan mematuhi-Nya. - al-Nahl (16) : 90
  
Ujian yang datang tanpa dapat diduga oleh manusia dalam bentuk bencana maupun musibah yang dihadapi juga terdapat dua bentuk.

a) Musibah yang melanda namun manusia mampu menghindarinya seperti penganiayaan sesama manusia, dikucilkan/dijauhkan  oleh masyarakat, dihina oleh orang ramai melalui perbuatan dan ucapan. Sebagai contohnya ujian yang dihadapi oleh para pendakwah yang dicemoohkan oleh masyarakat sekelilingnya yang jahil dan musuh-musuh Allah. Dia sebenarnya boleh meneruskan dakwahnya dengan cara yang penuh hikmah dan bersabar atas ujian tersebut tanpa melakukan apa-apa balasan yang akan memburukkan lagi keadaan.

Firman Allah S.W.T.:
Dan bersabarlah terhadap apa yang dikatakan oleh mereka (yang menentangmu), dan jauhkanlah dirimu dari mereka dengan cara yang baik. – al-Muzzammil (73) : 10
  
Walaupun begitu Allah S.W.T membenarkan kita untuk membalas kejahatan yang dilakukan oleh pihak lain tanpa melakukannya secara berlebih-lebihan namun bersabar itu adalah jalan yang lebih baik.

Dan jika kamu membalas kejahatan (pihak lawan), maka hendaklah kamu membalas dengan kejahatan yang sama seperti yang telah ditimpakan kepada kamu, dan jika kamu bersabar, (maka) sesungguhnya yang demikian itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang sabar. – al-Nahl (16) : 126

b) Musibah yang melanda manusia dan dia tidak mampu untuk menghalangnya sama sekali. Contohnya seperti kematian, kemarau berpanjangan, kecacatan, wabah penyakit, banjir besar dan bencana-bencana alam yang lain. Apabila terjadinya musibah sedemikian rupa maka hendaklah kita menghadapinya dengan keridhaan dan penuh kesabaran.

Firman Allah S.W.T.:
Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar. – al-Baqarah (2) : 155



Haruslah kita ingati bahwa musibah yang menimpa manusia itu ada hikmah yang tersembunyi. Sebagai contohnya bagi mereka yang berada dalam daerah yang dilanda wabhk taun dan menghadapinya ridha dan penuh kesabaran maka Allah S.W.T. akan memberinya ganjaran seperti seorang yang mati syahid.
Aisyah r.a bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang hal wabah taun, maka diberitahu oleh Rasulullah s.a.w. bahwa wabah taun ialah satu bentuk siksa Allah yang dikirimkan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi para hamba-Nya yang beriman. Maka seorang mukmin yang berada di daerah yang dijangkiti wabah itu jika sabar dan ikhlas karena dia mengerti tidak akan terkena wabah itu kecuali kalau memang sudah ditakdirkan Allah baginya, maka Allah akan mencatat baginya sebagai ganjaran seperti pahala seorang yang mati syahid. – Hadis riwayat Imam al-Bukhari (no: 3474)



Justru itu dapatlah kita fahami bahwa semua umat manusia tergantung kepada pelbagai bentuk ujian daripada Allah S.W.T dan kenyataan ini memerlukan setiap orang memahami sifat kesabaran yang hakiki dalam setiap gerak-gerik hidupnya. Menyadari akan pentingnya sifat kesabaran ini maka Allah S.W.T. memberikan keutamaan yang besar bagi mereka yang sabar. Di antara keutaman-keutamaan tersebut adalah seperti berikut:

a) Sifat sabar menunjukkan seseorang itu memiliki keimanan yang tinggi kepada Allah S.W.T.. Sabda Rasulullah s.a.w.:
Sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin sebab segala keadaan untuknya (dianggap) baik dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin. Jika mendapat nikmat dia bersyukur maka syukur itu lebih baik baginya. Dan bila menderita kesusahan dia sabar maka kesabaran itu lebih baik baginya. - Hadis riwayat Imam Muslim (no: 2999)

b) Mereka yang sabar akan menerima ganjaran pahala yang tidak terbatas dan memudahkannya untuk menjadi ahli syurga. Firman Allah S.W.T:
Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah saja yang akan disempurnakan pahala mereka dengan tidak terkira. – al-Zumar (39) : 10

Rasulullah s.a.w. bersabda:
Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman: “Apabila saya menguji seorang hamba-Ku dengan buta kedua matanya, kemudian dia sabar, maka Aku akan menggantikannya dengan Syurga. – Hadis riwayat Imam al-Bukhari (no: 5653)

c) Mereka yang sabar senantiasa dekat dengan Allah S.W.T. dan mudah untuk menerima bantuan-Nya bagi menghadapi kehidupan yang mendatang. Firman-Nya
Sesungguhnya Allah menyertai(membantu) orang-orang yang sabar. – al-Baqarah (2) : 153

d) Kesabaran termasuk dalam kategori amalan yang sangat baik dan dituntut untuk dikerjakan. Firman Allah S.W.T.:
Dalam pada itu (ingatlah), orang yang bersabar dan memaafkan (kesalahan orang terhadapnya), sesungguhnya yang demikian itu adalah dari perkara-perkara yang dikehendaki diambil berat (melakukannya). – al-Syuura (42) : 43
  
e) Kesabaran menunjukkan seseorang untuk memiliki kekuatan yang hakiki. Sabda Rasulullah s.a.w.
“Bukan ukuran kekuatan seseorang itu dengan bergusti tetapi orang yang kuat itu adalah orang yang mampu mengawal hawa nafsu ketika marah.” – Hadis riwayat Imam al-Bukhari (no: 6114)

Demikanlah beberapa keutamaan sifat sabar dengan harapan melalui keutamaan-keutamaan yang dipaparkan ini akan menjadi pencetus yang membakar semangat bagi para pembaca untuk menjadi insan yang penyabar terutamanya ketika menghadapi pelbagai ujian daripada Allah S.W.T. Apalagi hidup pada zaman yang serba moden ini kita semakin banyak  memerlukan dan memaksimumkan sifat kesabaran dalam jiwa kita. Amin Ya Allah Ya Robbal ALamin.